“Sekadar informasi, tulisan ‘sekedar’ itu salah, lho!”
Kalau kamu penasaran, kamu mungkin dapat langsung mengecek kata “sekedar” di KBBI dan…
…ternyata ada! Kalau ada, terus kenapa salah?
Dalam melakukan pengecekan di KBBI, kamu harus berhati-hati. Mari kita lihat arti “sekedar” dalam KBBI.
Bentuk KBBI Daring V jauh lebih baik dari sebelumnya. Sebelum ini, kata “sekedar” dalam KBBI masih memiliki keterangan sebagai ‘bentuk tidak baku dari kata sekadar‘. Hal ini mungkin membingungkan bagi sebagian besar pembaca karena jika demikian, apakah itu artinya kata “sekedar” masih boleh digunakan?
Dalam KBBI Daring edisi terbaru, ketika memasukkan kata kunci “sekedar” kita akan diarahkan langsung ke kata “sekadar” sebagai bentuk bakunya. Sekarang, mari lihat arti “sekadar” dalam KBBI.
Kata “sekedar” menjadi tidak tepat karena kata “kedar” sebagai kata dasarnya tidak pernah ada. Di sisi lain, kata “sekadar” merupakan bentuk yang tepat karena terbentuk dari kata dasar “kadar”. Sekarang yang masih menjadi pertanyaan yang mengganjal kita adalah mengapa masyarakat sepertinya masih sulit menulis “sekadar” dan melulu menggunakan “sekedar”?
Salah satu jawaban yang cukup masuk akal datang dari penggiat bahasa, Ivan Lanin. Beliau mengatakan, kemungkinan besar kesalahan tersebut terus menerus berulang karena “sekedar” lebih mudah dilafalkan daripada “sekadar.” Melafalkan huruf vokal “a” memerlukan usaha lebih besar daripada melafalkan huruf “e”karena harus membuka mulut. Setidaknya, sejauh ini alasan tersebut cukup berterima.
jawaban Ivan Lanin mengenai “sekedar” dan “sekadar” (image from twitter.com/ivanlanin)
Di sisi lain, walau bagaimana pun kata “sekedar” sudah tertera di dalam KBBI, apakah ini artinya, setidaknya, dalam ranah tidak baku, kata “sekedar” diperkenankan untuk digunakan?
Lagi-lagi Ivan Lanin memiliki jawaban yang menuntut kita untuk berpikir sendiri. Dalam ranah formal, kata “sekedar” yang masuk dalam golongan “tidak baku” tidak diperkenankan untuk digunakan. Di sisi lain, dalam ranah non-formal, tidak ada aturan khusus untuk kata yang “tidak baku”.
Lagipula, jika kamu punya banyak waktu untuk mencari pembenaran agar dapat menggunakan kata yang salah, mengapa tidak kamu gunakan waktu tersebut untuk membiasakan diri untuk menggunakan kata yang lebih tepat?
Yuk, mulai biasakan sekadar, bukan sekedar.