“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.”
(QS Al-An'am [6]: 59)
Hidup setiap orang itu dinamis antara iya dan tidak, bergerak-gerak antara hidup dan mati, timbul tenggelam antara hitam dan putih. Tidak ada yang kafir mutlak atau Muslim absolut.
Mbah Markesot pernah berpesan bahwa keadaan negeri bisa menjadi medan pendadaran untuk menjadi manusia tangguh, canggih berpikir, dengan lipatan-lipatan ilmu dan gelembung-gelembung pengetahuan yang tidak bisa kau dapatkan di luar negerimu. Tetapi, pada saat yang sama, keadaan negerimu juga bisa dengan sangat mudah menghancurkan kepribadianmu, mengikis kemanusiaanmu, dan mencampakkanmu dari “ahsanu taqwim” menjadi “asfala safilin”.
Maka, jangan berkata apa pun, jangan bantah, dan jangan melakukan perlawanan terhadap hewan dan spare part industri. Mari belajar dulu sambil memastikan bahwa dalam setiap jengkal pengalaman kita tetap mempertahankan kemanusiaan. Mari sinau bareng dulu rajin-rajin.
***
Mbah Markesot mendorong kita untuk berhijrah. Bergerak mendekat dan berhimpun dalam lingkaran Maiyah. Lingkaran cincin persaudaraan yang membukakan pintunya bagi siapa saja. Masukilah lingkar organisme kemanusiaan yang belum pernah ada sebelumnya. Alamilah, nikmatilah, belajarlah, bergembiralah, serta berbahagialah dalam keseimbangan