Menjelang akhir Perang Dunia, sebuah pesawat berisi rombongan anak sekolah jatuh di sebuah pulau tak berpenghuni. Awalnya, tiadanya pengawasan orang dewasa membuat anak-anak itu bersuka hati menikmati kebebasan. Tak ada lagi aturan yang harus mereka patuhi. Mereka bebas menuruti keinginan hati. Apa pun.
Anak-anak itu kemudian berusaha membentuk masyarakat, namun gagal saat harus berhadapan dengan teror, dosa, dan kejahatan. Saat tatanan masyarakat yang terbentuk mulai runtuh, diikuti oleh teror yang terus mengintai, harapan yang mereka bangun selama petualangan ini pun turut lebur, termasuk harapan akan penyelamatan dan pulang kembali ke rumah.
Dijuluki sebagai parabel, alegori, mitos, kisah moralitas, parodi, risalah politik, bahkan gambaran tentang dunia apokalistik, novel Lord of the Flies adalah novel yang akan selamanya dikenang sebagai kisah tentang "berakhirnya keluguan, kekelaman hati manusia.“